Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

INILAH Suka duka Tukang Sayur Keliling yang Sering diabaikan para ibu ibu! Nomor 3 Paling bikin sediih...

Pedagang sayur keliling mungkin bisa digolongkan sebagai profesi yang sangat mudah dijalani. Untuk menggelutinya, seseorang tidak membutuhkan pendidikan tinggi. Terlebih modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Itu sebabnya bekerjaan tersebut kerap dianggap remeh sebagian orang.  Terlepas dari pandangan tersebut, sebenarnya perannya sangat dibutuhkan masyarakat. Bayangkan saja, misal tidak ada pedagang sayur keliling, orang-orang yang jauh dari pasar mau makan apa? Nasi saja? Nggak mungkin juga. Makanya, jangan anggap sepele si bakul sayur keliling.

Jika ada orang berpendapat semua orang bisa jadi tukang sayur keliling, itu salah besar. Sebab, kalau ditelisik lebih dalam lagi, hanya orang telaten, dan memiliki mental di atas rata-rata yang mampu menjalaninya. Hal itu karena menjalani profesi tersebut rupanya tak semudah kelihatannya. Berikut ini adalah suka duka pedagang sayur keliling yang kerap kamu abaikan.


Tiap hari bangun dini hari, padahal yang lain lagi enak-enaknya meluk guling

Jadi tukang sayur keliling itu artinya harus telaten bangun awal. Harus lebih pagi dari orang-orang pada umumnya. Rata-rata mereka jam bangun sekitar pukul 03.00 pagi. Di mana pemasok sayuran dengan harga miring masih banyak di pasar. Di balik susah payahnya bangun pagi, ya ada juga hikmahnya sih.

Soalnya tubuh yang bangun awal tentu lebih sehat daripada orang yang suka bangun siang. Terlebih para pedagang sayur juga pasti selalu jalan-jalan keliling pasar buat belanja kebutuhan dagangan. Yah, derajatnya saja dengan olahraga gitu.

Jadi bulan-bulanan ibu-ibu yang berebut minta dilayani duluan

Bagi pedagang sayur, banyaknya pelanggan yang datang memang sebuah anugerah. Itu artinya dagangannya bakal lebih cepat habis. Laris manis. Tapi, kebahagiaan itu juga harus bersisian dengan kesusahan di mana para ibu-ibu rebutan pengen dilayani duluan. Berbeda dengan di bank yang para customer diberi nomor antrian, para pelanggan sayur di sini nggak mau tahu datang duluan atau belakangan.

Yang penting harus cepat dilayani dengan beragam alasan: keburu panci gosong atau suami sudah kelaparan, bahkan ada yang ngambek nggak jadi belanja cuma karena penjual dinilai kurang sigap. Padahal saat itu si tukang sayur juga berusaha secepat mungkin. Mungkin batinnya cuma bisa bilang, sabar… ini ujian.

Hasilnya lumayan, tapi yang ngutang lebih lumayan

Menjalani profesi tukang sayur memang bisa dibilang lumayan menjanjikan. Orang-orang awam mungkin melihat penampilan tukang sayur sangat biasa, tapi apa yang ada di balik tas pinggangnya pasti bikin nelen ludah. Tebel, isinya duit semua!

Well, tapi itu termasuk modal yang harus diputer lagi besok ya.  Sebagai penjual sayur, pasti sudah memperhitungkan berapa persen untung yang bakal masuk kantong pribadi. Sayangnya, kadang keuntungan itu kudu rela ditahan karena ibu-ibu nggak bayar cash belanjaan mereka. Ini tentu bukan keluhan satu atau dua tukang sayur saja, tapi semua! Pasti ada saja ibu-ibu tukang ngutang yang susah banget ditagihnya. Giliran tanggal muda, si ibu yang harusnya bayar ‘bon’ malah belanja ke tempat lain. Huh.

Dibanding-bandingkan dengan yang lain

Di dunia ini, nggak ada seorang pun yang suka kalau dibanding-bandingin sama yang lain. Apalagi sama mantan! Pedagang sayur keliling juga sama aja. Tapi tanpa disadari, para ibu-ibu yang sedang belanja pasti melakukannya.

Menyebut-nyebut harga di pasar yang lebih murah, padahal itu memang sudah jelas. Karena pedagang sayur juga butuh tenaga dan waktu untuk berkeliling. Untung nggak seberapa, tapi para pelanggan nawarnya bikin hati penuh luka. Oh, teganya.

Kalau ada yang ngutil, kelar hidupnya!

Praktisnya memang disebut penjual sayur, tapi sebenernya bukan cuma sayur yang dijual. Sebab, mereka biasanya juga bawa ikan segar, daging ayam, daging sapi, pindang, tempe, tahu. Pokoknya komplit deh.

Nah, yang namanya manusia, emang selalu ada aja yang ‘bandel’. Sekali-kali, atau seringkali kalau ada kesempatan, ngutilah pelanggan diam-diam, batinnya” biar lebih irit”. Kalau yang diambil sebatang bayam sih, mungkin kerugian nggak seberapa. Nah, giliran kalau yang diambil itu daging sapi? Nggak balik tuh modal.

Setiap profesi itu memang sawang sinawang kalau kata orang Jawa. Kelihatannya mungkin enak, tapi aslinya nggak. Tukang sayur pun begitu. Kesannya mungkin duit mereka banyak, tapi di balik itu ada hal-hal luar biasa yang dilakukan. Entah itu bangun pagi buta, sampai menghadapi pelanggan yang ngutil.